
Nama aku Irsyad Feisal Ahmad, aku biasa dipanggil richard, atau icad.
Jika aku tulis dalam sebuah lembaran kertas, mungkin tidak terlalu panjang dan berbelit-belit rasanya.
Aku cuma ingin mengetahui dan diketahui oleh siapapun jua. Sang Maha Pencipta telah mengajarkan ilmu pendidikan yang terpenting buat aku, yang belum aku ketahui,dan yang sudah terjadi sebelumnya. Allah memegang tanganku dan mengajarkanku bagaimana cara untuk menggoreskan sebuah Pena di kertas dan pada akhirnya, aku bisa menulis. aku berpikir dan bersyukur akan itu.
Aku menulis.
Ketika Aku mencintaimu, Seolah - olah kau tidak ada lagi.
Ketika aku membencimu, Seolah-olah kau masih ada.
ketika aku menulis, dan mencatat tentangmu, seolah-olah aku masih berharap kau ada.
ketika aku menyelesaikan semua akhir catatanku, aku berharap kau itu masih miliku, dan mencintaiku.
tapi, akhir catatan itu, adalah akhir semua hidup dan umur yang panjang.
Januari 1989, itu adalah bulan dan tahun kelahiran diriku di dunia ini. Aku lahir disebuah rumah sakit, rumah sakit itu bernama Rs. Cut Malahayati. Pada saat itu cuma hanya ibuku seorang dirumah sakit tersebut, dan tidak ada yang menemani di saat ia melahirkan diriku. Tepat tanggal 15 dibulan januari itu, pada pukul 03:00 pagi seorang anak lahir kedunia, dengan dadanya yang membusung, dan menangis, seorang anak itu adalah diriku. Pada saat aku lahir tidak ada seorangpun yang berada disekitarku untuk menyambut kehadiran aku kedunia ini, tidak ada ayah disamping, untuk menjaga ibuku.
Kata ibuku, ayahku pada saat itu sedang mengurus abang-abangku dirumah,dan saudara-saudariku yang lainnya. Cuma hanya kebetulan disaat aku lahir, ayahku tidak berada disamping untuk menjaga ibuku yang sedang melahirkan diriku. kemudian ibuku menceritakan pula kepadaku,bahwa saat aku lahir aku tidak di adzankan. Mengapa aku tidak di Adzankan? Pada waktu itu aku bertanya pada ibuku pada saat umurku 13 tahun.ibuku menceritakan tentang itu setelah ayahku telah tiada pada umurku masih kelas 6 sekolah dasar. Mengapa seorang bayi ketika telah lahir harus di adzankan bagi yang memeluk agama islam? Apakah ia nantinya agar selalu tekun, dan mendegarkan selalu perkataan orang tua, dan menjadi anak yang shaleh? Jawaban ibuku mengatakan ya seperti itulah, tapi sebenarnya kalau tidak di adzanpun tidak apa-apa, itu cuma hanya untuk mengenal tanda kebesaran Allah dan karuniaNya.
Kisah ini terpikir olehku, sampai ibuku tidak ada lagi, dan sampai sekarangpun tetap aku teringat cerita ibuku. Dan satu hal lagi, ibuku pernah mengatakan selalu kepadaku, jadilah anak yang shaleh, tidak melawan orang tua, dan tidak sedikitpun mengatakan perkataan “Ah” kepada orang tua.
Saat ini pun masih terbayang, biasanya ibuku itu ketika aku pulang dari mana saja ia selalu menyapa aku dengan kata Muhamad, eh Muhammad irsyad sudah pulang kuliah. Dah shalat nak…?? Kalau belum, shalat dulu sana…!! Nanti waktunya habis…. Kepdulian dari dirinya,kasih sayang dari dirinya aku iyakan saja. Tetapi aku laksanakan kadang-kadang dan tidak. Akupun tidak menyadari pada saat itu, kalau diri aku ini harapannya.
Ia selalu mendoakan aku,baik saat ia shalat, maupun dimana saja. semoga aku menjadi anak yang berguna. Tapi, sekarang ini, setelah ia telah tiada aku selalu membayangkan bahwa ibuku itu masih ada. Baik aku pulang dari mana saja aku selalu melihat pintu yang ia hampiri dan menyapa diriku. bukan itu saja, aku selalu melihat tempat dimana ibuku sering duduk didalam rumah dan bernyanyi sendirian ketika ia merasa sepi,dan aku membayangkan bahwa ibuku berbicara kepada kucing kesayangannya ketika ia sepi. Aku membayangkan semua itu masih ada rasanya. Bahkan akupun bermimpi.
Sayang itu,dan kasih itu kini tidak ada lagi, hanya bayang-bayang semu. Begitu cepat terjadi,belum aku tunjukan sampai sekarang ini. Tapi Allah, Maha mengambil dan memanggil. Mungkin Allah berkehendak lain dan mempunyai rencana buat aku.
Sekarang aku sudah besar, aku mengerti yang mana yang baik dan mana yang tidak baik. Selama ke dua orang tua ku tidak ada lagi, aku selalu berusaha untuk menjaga temperamental, dan egoisku sendiri.