Minggu, 19 Desember 2010

Menilai Kejujuran Diri Sendiri


Ulangan mendadak, dosen tidak memberitahukan kepadaku dan teman-temanku kalau hari ini akan diadakan midterm ( ulangan ). Apakah akunya yang tidak mengetahuinya? Mulailah aku masuk kedalam ruangan kuliahku untuk mengikuti ulangan tersebut tanpa ada persiapan sama sekali dari rumah. Saat-saat aku menyediakan pulpen dan kertas untuk dijawab, dosen itu mengatakan kepadaku dan teman-temanku.
Dosen : sedikit saya mengatakan kepada kalian, ulangan ini langsung di bawah pengawasan saya. Maka, saya akan berikan kemudahan kepada kalian untuk membuka catatan agar kalian bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan didalam kertas. Soal yang saya berikan ada 10, dan soalnyapun tidak ada yang susah maka, kalian harus bisa menjawabnya semua yang semampu kalian. Tapi, yang ingin saya minta kepada kalian janganlah bertanya lagi kepada teman yang berada disamping kalian. Karena bisa mengganggu teman kalian untuk menjawab soal-soal yang saya berikan kepada kalian. Setengah jam telah lewat, dan aku sedang menjawab soal-soal ujian tersebut dan membuka catatan dan meminjam buku cetak kepada teman yang berada disampingku mengisi, dan menulisnya didalam kertas.

Aku dan temanku semua menjawab soal-soal tersebut dengan fokus, dan tidak ada suara
sediktipun. Saat kami sedang mengerjakan, dosen itu kembali mengatakan kepada kami.
Dosen : " sedikit saya lupa mengatakan kepada kalian, setelah waktu tinggal 10 menit lagi kalian kumpul, maka sebelum itu apakah jawaban kalian sudah merasa yakin dan benar ? maka dengan itu saya minta kepada kalian, berikan nilai kepada jawaban kalian sendiri. 1 soal jika benar, pointnya 10, jika kurang poinya 5, jika salah poinya akan mendapatkan poin kosong.
Setelah kalian memberikan nilai kepada jawaban kalian masing-masing, baru yang saya natinya menilai jawaban kalian. Saya ingin melihat nilai kejujuran dari kalian.

Aku telah selesai mengerjakannya dan saatnya aku memberikan nilai kepada jawaban yang telah aku jawab. Aku sempat berpikir, aku tidak bisa memberikan nilai kepada jawabanku sendiri walau meskipun benar. Karena, semua jawaban yang aku tulis semuanya aku lihat didalam catatan dan buku cetak yang kupinjamkan kepada teman disampingku.

Tidak ada sedikit pun aku beri nilai kepada jawabanku walau meskipun aku sudah merasa yakin. Dan akhirnya aku menulis sesuatu di lembaran jawaban tersebut. yang aku tulis adalah " Pak, terima kasih atas pembelajaran bapak dan motivasi yang bapak berikan kepada kami, sehingga kami diberikan kesempatan untuk menilai kejujuran dalam diri kami bagai mana kami dengan benar bisa menjawab soa-soal yang telah anda berikan. Tapi, saya tidak berani menilai kejujuran diri saya sendiri. Semuanya orang lah yang menilai diri saya bagaimana kejujuran saya. Ketika bapak memberikan nilai 20 untuk saya nilai yang amat terendah dalam ujian bapak, maka itulah kejujuran saya. Tapi saya tidak meminta nilai 20 dari bapak....karena saya sudah jujur. Makasih bapak...!!

Kamis, 02 Desember 2010

Waiterss Coffe Shop And Bussines Economi


Seorang pria bernama Taufik, ia bekerja menjadi waiters di coffee shop. Ia menceritakan tentang kehidupan bisnis kopinya ditempat ia bekerja. Dege Khupi,salah satu warung kopi di daerah Aceh. Penghasilan yang ia dapat dalam perhari saat menjadi waiters Cuma hanya Rp. 15.000 dalam satu hari. Belum lagi dengan pendapatannya yang dibayar dalam perbulan oleh perusahaan dengan Rp. 550.000.

Pekerjaan yang ia tekuni bagi dirinya terasa belum cukup dan memuaskan, dikarenakan harga penjualan kopi terasa meningkat dalam perharinya walaupun untuk sekarang ini ia masih menjadi waiters. Kondisi ekonomi untuk dirinya sendiri belum terlalu cukup. Dari segi usaha yang ia tekuni, usaha kopi tersebut harus membeli bubuk kopi 5 kilogram dalam perhari seharga Rp 250.000 untuk membuat kopi. Kata taufik, “pembelian bubuk kopi jika dihitung dalam perharinya tidaklah sama dengan orang yang duduk memesan kopi pada waktu pagi hingga malam. Karena kopi terjual untuk orang yang membeli dengan satu cangkir Rp. 3000, belum lagi dijumlahkan dengan berapa orang yang sudah mengunjungi warung kopi ini, pasti hasil dan pendapatannya terkadang menguntungkan danimpas. Jika dihitung dengan hasil mengembalikan modal usaha dalam perbulan terkadang usaha warung kopi tersebut untungnya tidak sesuai dengan kenyataan”.

Menurut pendapat ekonomi dan bisnis, ini di akibatkan karena ada persaingan dengan usaha kopi lainnya yang berada di seluruh Aceh. Aceh, adalah kopi yang paling disukai oleh masyarakat aceh, dikarenakan bukan rasa kopinya saja yang paling nikmat, melainkan fasilitasnya seperti meletakkan jejaringan internet dalam sebuah warung agar bisa menarik para pengunjung. Dan disamping itu, pelayanannya memberikan jasa kepada orang yang berkunjung di warung kopi tersebut, bagaimana cara pelayan kopi bisa mendekat kan diri dan langsung mengenal kepada konsumenya sehingga mereka selalu berlangganan dalam membeli kopi dan selalu berbaur. Belum lagi dengan adanya permintaan seorang pengusaha warung kopi untuk membeli bubuk kopi dalam perkarung kepada si penjual bubuk kopi semakin meningkat dan hargapun selalu tinggi di akibatkan kualitas dan rasa kopi tersebut banyak yang mencari.